- 19 December 2022
- Posted by: admin-abikb
- Category: Tak Berkategori
Jakarta, CNBC Indonesia – Di luar status emas sebagai aset safe-haven yang kembali dicari pada pekan lalu, sejarah menunjukkan harga emas memang selalu naik menjelang Natal. Bahkan, di saat dunia masih ditimpa kekhawatiran akibat Covid-19 pada 2021.
Merujuk data Refinitiv, emas biasanya mulai naik pada pekan ketiga Desember. Sepanjang 2012-2021, rata-rata harga emas menguat 0,63% pada perdagangan pekan menjelang Hari Raya Natal.
Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut,hanya tiga kali emas melandai pada periode menjelang Natal yakni 2013, 2016, dan pada tahun pertama Pandemi Covid-19 pada 2020.
Pada tujuh tahun lainnya, harga emas bersinar terang. Emas bahkan mampu bersinar tajam pada 2012, 2018, dan 2019.
Pada pekan menjelang Natal 2012, harga emas menguat 0,21% sementara pada 2013 ambruk 1,09%. Sebagai catatan, pada 2013, The Fed mengumumkan akan mengakhiri kebijakan quantitative easingnya dan memulai kebijakan moneter ketat.
Emas kembali menguat pada perdagangan pekan menjelang Natal 2014 yakni sebesar 0,54% dan melesat 2,35 pada periode menjelang Natal 2015.
Sempat melemah pada pekan perdagangan menjelang Natal 2016 yakni 0,44%. Emas terus menguat pada periode 2017-2019 sebelum turun pada 2020. Namun, penurunan emas pada akhir Desember hanya sementara karena emas justru melonjak menjelang awal Januari. Harga emas pada pekan terakhir Desember melonjak 1,1%.
CEO Physical Gold Daniel Fisher menjelaskan kenaikan harga emas menjelang Hari Raya Natal terkait erat dengan tradisi pemberian kado Natal.
Permintaan paling besar biasanya berupa koin emas. Permintaan akan koin emas terbesar datang dari Inggris.
“Beberapa orang ingin mewariskan uang kepada anak-anak atau cucunya tetapi tidak ingin uangnya kehilangan nilai. Mereka kemudian memilih emas sebagai hadiah,” tutur Fisher, dilansir dari qz.com.