- 26 December 2022
- Posted by: admin-abikb
- Category: Tak Berkategori
Jakarta – Bank investasi asal Denmark, Saxo Bank, menerbitkan laporan soal prediksi ekonomi 2023. Salah satu yang diprediksi adalah meroketnya harga emas ke level yang sangat tinggi tahun depan.
Dilansir CNBC, Senin (26/12/2022), Saxo Bank juga memprediksi ekonomi global beralih ke mode perang tahun depan. Menekankan berbagai negara mencari keuntungan ekonominya sendiri dan mengutamakan kemandirian produksi dalam negeri daripada perdagangan global.
1. Emas Meroket 67%
Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank Ole Hansen memperkirakan harga emas bisa melebihi US$ 3.000 atau sekitar Rp 46,5 juta (kurs Rp 15.500) per ounce pada 2023.
Dalam hitungan gram, 1 ounce setara 28,35 gram. Artinya, per gramnya emas akan berada di harga Rp 1,6 juta. Jumlah tersebut 67% lebih tinggi dari harga saat ini sekitar US$ 1.797 per ons atau sekitar Rp 982 ribu per gram.
Saxo Bank memperkirakan lonjakan terjadi karena tiga faktor, pertama mentalitas ekonomi perang yang meningkat yang membuat emas lebih menarik daripada cadangan devisa. Kedua, investasi besar dalam prioritas keamanan nasional baru. Ketiga, peningkatan likuiditas global karena pembuat kebijakan mencoba menghindari bencana utang di masing-masing negara.
“Saya tidak akan terkejut melihat ekonomi yang digerakkan oleh komoditas ingin beralih ke emas karena kurangnya alternatif yang lebih baik. Jelas sekali harga emas akan terbang,” kata Steen Jakobsen, kepala investasi di Saxo.
2. Inggris Mau Kembali ke Uni Eropa
Inggris diprediksi akan pikir-pikir untuk kembali masuk ke Uni Eropa. Saxo Bank mengatakan ada kemungkinan Inggris melakukan referendum untuk menghentikan Brexit.
“Saya benar-benar berpikir itu adalah salah satu hal yang kemungkinan besar akan terjadi,” kata Jakobsen.
Ahli Strategi Pasar Saxo Jessica Amir mengatakan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Menteri Keuangannya Jeremy Hunt dapat mengambil peringkat Partai Konservatif ke level terendah yang belum pernah terdengar karena program fiskal brutal mereka melemparkan Inggris ke dalam resesi.
Hal tersebut lah yang diperkirakan dapat mendorong publik Inggris untuk memikirkan kembali pemungutan suara Brexit, dengan pemilih yang lebih muda memimpin, dan memaksa Rishi Sunak untuk mengadakan pemilihan umum.
Amir mengatakan partai oposisi di Inggris, Partai Buruh kemudian dapat memenangkan pemilihan dan menjanjikan referendum untuk membatalkan Brexit pada 1 November, dengan kemenangan suara bergabung kembali dengan Uni Eropa.
Apalagi, bila berdasarkan survei yang dilakukan oleh YouGov pada November menunjukkan 59% dari 6.174 orang yang disurvei berpendapat bahwa Brexit disebut berjalan dengan sangat buruk sejak akhir tahun 2020, sementara hanya 2% yang mengatakan telah berjalan sangat baik.
3. Produksi Daging Dilarang
Daging bertanggung jawab atas 57% emisi dari produksi makanan, menurut penelitian yang diterbitkan oleh Nature Food. Dengan negara-negara di seluruh dunia telah membuat komitmen net-zero, Saxo mengatakan ada kemungkinan setidaknya satu negara dapat menghentikan produksi daging sepenuhnya.
Ahli Strategi Pasar Saxo, Charu Chanana mengatakan akan ada negara yang ingin mengungguli negara lain dalam kredensial iklimnya dapat memutuskan untuk mengenakan pajak daging yang berat mulai tahun 2025 dan dapat melarang semua daging bersumber hewan hidup yang diproduksi di dalam negeri sepenuhnya pada tahun 2030.
Inggris, negara-negara di Uni Eropa, Jepang, dan Kanada termasuk di antara negara-negara dengan ikrar net-zero yang mengikat secara hukum.