- 8 May 2023
- Posted by: admin-abikb
- Category: News Feed
Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas berpeluang naik dalam jangka pendek di tengah outlook pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, China terus menumpuk aset safe-haven emas saat risiko geopolitik dan ekonomi memanas.
Tim riset Monex Investindo Futures menilai harga emas hari ini akan didorong oleh kekhawatiran terhadap ketidakpastian plafon utang AS setelah Menteri Keuangan AS pada Minggu mengeluarkan peringatan keras bahwa kegagalan Kongres untuk mencapai kesepakatan plafon utang dapat memicu krisis konstitusional yang akan mempertanyakan kelayakan kredit pemerintah Federal.
“Selain itu pasar juga terlihat mencemaskan krisis perbankan di Amerika Serikat,” tulis Monex dalam risetnyta, Senin (8/5/2023).
Bank Sentral China (The People’s Bank of China/PBOC) menambah cadangan emasnya selama enam bulan berturut-turut. Saat ini, cadangan emas PBOC telah menembus sekitar 2.076 ton di tengah tren meningkatnya risiko geopolitik dan ekonomi.
Menurut data Administrasi Valuta Asing Negara (SAFE), China meningkatkan kepemilikan emasnya sekitar 8,09 ton pada April 2023.
Total stok logam mulia Negeri Panda ini sekarang mencapai sekitar 2.076 ton, setelah PBOC meningkatkan cadangan sekitar 120 ton dalam lima bulan hingga Maret 2023. Ada tiga alasan mengapa PBOC menumpuk safe haven emasnya. Mengutip Bloomberg, Minggu (7/5/2023), PBOC membeli emas dalam jumlah besar dalam satu tahun terakhir untuk mendiversifikasi aset, serta untuk melindungi asetnya dari dampak melemahnya dolar AS dan inflasi yang merajalela.
BACA JUGA Data Aksi Borong Emas Bank Sentral Asia dalam 10 Tahun Terakhir Harga Emas Pegadaian Mandek Hari Ini, Antam Masih Rp1,08 juta per Gram Harga Emas Perhiasan Berbeda dengan Emas Antam, Ini Penyebabnya
Menurut World Gold Council, negara-negara seperti Singapura, China, dan Turki termasuk di antara pembeli terbesar emas selama kuartal I/2023. Aksi borong emas oleh para bank sentral global telah membantu harganya melesat mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.
Pasar yang resah atas perlambatan ekonomi AS, ditambah lagi tekanan kredit pada bank regional AS juga salah satu faktor yang membuat investor memborong emas. Risiko geopolitik yang berasal dari hubungan China-Amerika yang kian rapuh juga meningkatkan daya tarik emas.
Aksi beli besar-besaran China mulai terekam pada November 2022. Ketika itu aksi belanja emas tersebut merupakan yang pertama sejak periode 10 bulan yang berakhir pada September 2019. Sebelumnya, aksi borong PBOC berakhir pada pengujung 2016.
Sementara itu, lonjakan cadangan emas China turut membuat cadangan devisa tersebut naik pada akhir April 2023 menjadi US$3,2048 triliun, atau naik US$20,9 miliar dari bulan sebelumnya.