- 16 March 2023
- Posted by: admin-abikb
- Category: News Feed
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas kembali terbang tinggi setelah krisis di sektor perbankan menjalar ke Eropa. Pada penutupan perdagangan Rabu (15/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.918,09 per troy ons. Harga sang logam mulia melonjak 0,84%.
Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 1 Februari 2023 atau 2,5 bulan terakhir
Emas masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (16/3/2023) pukul 06:27 WIB, harga emas di posisi US$ 1.921,73 per troy ons atau menguat 0,19%.
Harga emas terbang setelah krisis Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank mengguncang Amerika Serikat (AS) sejak pekan lalu. Sejak Kamis (8/32023), emas terus menguat. Pengecualian terjadi pada Selasa pekan ini.
Bila dihitung sejak krisis SVB merebak yakni Kamis pekan lalu atau delapan hari terakhir, sang logam mulia sudah terbang 5%.
Emas hanya melemah 0,58% pada perdagangan Selasa kemarin sejalan dengan melandainya kekhawatiran pasar mengenai krisis SVB. Namun, kekhawatiran hanya mereda sehari. Pasar kembali diguncang oleh krisis yang dialami Credit Suisse.
Saham Credit Suisse anjlok 24,2% kemarin dan sudah turun selama delapan hari perdagangan dengan pelemahan menembus 39%.
Persoalan Credit Suisse bermula setelah mereka mengakui ada “kelemahan material” yakni kelemahan dalam kontrol internal mereka ketika bank terlambat merilis laporan keuangan.
Bank dengan operasional terbesar di Swiss tersebut menunda rilis laporan keuangan mereka yang seharusnya diserahkan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS pekan lalu.
Laporan keuangan 2022 menyebut bank yang berdiri sejak 1856 tersebut mencatat rugi bersih senilai US$ 7,8 miliar. Kerugian salah satunya oleh penarikan dana besar-besaran hingga menembus 110 billion francs atau sekitar US$ 120 miliar (Rp 1.843,2 triliun).
Persoalan makin runyam karena investor terbesar mereka Saudi National Bank menolak memberikan tambahan modal karena terbentur aturan kepemilikan saham maksimal 10%.
Dengan cepat krisis Credit Suisse membuat bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa rontok berjamaah.
Pelaku pasar kini khawatir jika krisis akan meluas ke bank-bank lain di tingkat global.
Emas pun menikmati berkah kekhawatiran pasar ini. Logam mulia merupakan aset safe haven yang diburu investor saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan ketegangan politik.
“Ini jelas-jelas perdagangan yang menguntungkan aset safe haven. Ada begitu banyak kekahwatiran mengenai Credit Suisse. Bank-bank Eropa kini sangat tertekan. Ini membuat investor beralih ke aset aman,” tutur Phillip Streible, chief market strategist Blue Line Futures, dikutip dari Reuters.
Pelaku pasar kini menunggu seberapa kencang emas akan berlari setelah apa yang terjadi di sektor perbankan.
“Orang kini memilih aset aman seperti bond dan logam mulia dibandingkan aset berisiko seperti saham,” imbuhnya.
Laju kencang emas juga ditopang melandainya AS. Amerika pada Rabu malam waktu Indonesia mengumumkan jika Indeks Harga Produsen (IPP) terkontraksi 0,1% pada Februari 2023 dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).
Indeks Indeks lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,3%. Secara tahunan, indeks naik 4,6% pada Febuari 2023 atau terendah sejak Maret 2021.
AS juga mengumumkan jika penjualan ritel mereka pada Februari 2023 terkoreksi 0,4% (mtm), lebih dalam dibandingkan ekspektasi pasar (koreksi 0,3%).
Indeks jauh memburuk dibandingkan Januari yang tercatat 3,2% (mtm).
Penjualan ritel secara tahunan hanya naik 5,4% (yoy) pada Februari 2023, jauh di bawah penjualan pada Januari yang tercatat 7,7% (yoy).
Data ini semakin menegaskan jika ekonomi AS mulai mendingin setelah tumbuh kencang. Data inflasi AS juga menunjukkan inflasi sudah melandai ke 6% (yoy) pada Februari, dari 6,4% (yoy) pada Januari.
Dengan inflasi, IPP, dan penjualan ritel yang melemah maka pelaku pasar semakin optimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak.