- 11 May 2023
- Posted by: admin-abikb
- Category: News Feed
Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas hari ini berpeluang menguat terdorong ekspektasi pelonggaran pengetatan moneter Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) dan data terbaru ekonomi China.
Tim Analis Monex Investindo Futures menilai harga emas akan bergerak naik di tengah outlook melemahnya dolar AS yang dipicu spekulasi The Fed akan menjeda siklus kenaikan suku bunga. Emas juga akan terdorong permintaan aset safe haven logam mulia di balik ketidakpastian isu plafon utang AS.
“Emas berpeluang dibeli selama bergerak di atas level support di US$2.025 per troy ounce, karena berpotensi bergerak naik membidik resistance terdekat di US$2.038 per troy ounce,” tulis Monex, Kamis (11/5/2023).
Namun, jika emas bergerak turun hingga menembus ke bawah level US$2.025 per troy ounce, emas berpeluang dijual karena berpotensi turun lebih lanjut menguji support selanjutnya di US$2.018 per troy ounce.
Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS pagi ini tampak mendatar setelah jatuh pada perdagangan Rabu sementara yen memperpanjang kenaikan ke level terkuat dalam sekitar seminggu.
Imbal hasil obligasi Australia turun dan yield obligasi Selandia Baru sedikit berubah. Imbal hasil obligasi AS pun mendatar di awal perdagangan Asia setelah imbal hasil tenor dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan turun 11 basis poin pada Rabu usai data inflasi utama AS turun menjadi 4,9 persen pada April.
BACA JUGA Harga Emas Antam Hari Ini, Termurah Mulai Rp586.000 Harga Emas Pegadaian Kompak Naik Hari Ini, Kamis (11/5/2023), Cek Daftar Lengkapnya Harga Emas Perhiasan Berbeda dengan Emas Antam, Ini Penyebabnya
Data inflasi AS terakhir adalah pembacaan pertama yang mencapai level di bawah 5 persen dalam dua tahun dan di bawah ekspektasi konsensus. Inflasi inti tetap di 5,5 persen.
“Pasar membutuhkan lebih banyak data Indeks Harga Konsumen untuk mengklarifikasi bahwa inflasi pasti menurun,” kata Priya Misra, kepala strategi suku bunga global di TD Securities.
Investor di Asia akan mengalihkan perhatian mereka ke data pertumbuhan harga konsumen dan produsen China yang dirilis hari ini.
Indeks harga konsumen naik 0,1 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya, menurut Biro Statistik Nasional China, dibandingkan dengan kenaikan 0,7 persen pada bulan Maret. Estimasi median dalam survei ekonom Bloomberg adalah untuk kenaikan 0,3 persen.
Sementara itu, Indeks HargaPprodusen turun 3,6 persen pada April setelah turun 2,5 persen di bulan sebelumnya. Itu lebih dari ekspektasi ekonom untuk penurunan 3,3 persen.
Angka April kemungkinan besar dipengaruhi oleh basis perbandingan yang tinggi dari tahun lalu. Harga konsumen telah meningkat pesat saat Covid mengunci kota-kota besar, termasuk Shanghai, menekan rantai pasokan dan mendorong orang untuk menimbun makanan.