Harga Emas Makin Tenggelam Karena Amerika Beda Arah

Jakarta, CNBC Indonesia – Emas terus kehilangan sinarnya. Pada perdagangan Rabu (23//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.957,01 per troy ons. Harganya jeblok 0,89%.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 27 Maret 2023 atau dua bulan terakhir. Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini.

Pada perdagangan Kamis (24/5/2023) pukul 06:42 WIB, harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 1.958,89 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,096%.

Emas ambruk setelah risalah Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) masih memiliki pandangan yang berbeda mengenai suku bunga.  

Dalam risalah FOMC untuk Mei yang keluar Kamis pagi waktu Indonesia, pejabat The Fed masih terbelah antara yang menginginkan kenaikan suku bunga secara perlahan dan yang ngotot menaikkan suku bunga secara agresif.

Sejumlah pejabat The Fed ngotot menginginkan kenaikan karena mereka melihat inflasi masih panas. Risalah tersebut akhirnya menghilangkan kalimat “tambahan kenaikan yang lebih tegas mungkin dibutuhkan”.

The Fed lebih memilih untuk mempertimbangkan data baru untuk menentukan apakah kenaikan suku bunga akan berlanjut.

“Partisipan secara umum tidak yakin melihat seberapa ketat kebijakan yang dibutuhkan dan yang pantas,” tulis risalah FOMC.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 500 bps menjadi 5,0-5,25% sejak Maret tahun lalu. Masih belum jelasnya sinyal The Fed ini membuat harga emas melemah karena ancaman kenaikan masih ada.

Kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS menguat sehingga emas makin tidak terjangkau dan kurang menarik.

Harga emas juga dipengaruhi oleh drama negosiasi plafon utang AS yang melibatkan dua kepentingan yang berbeda arah.

Drama masih berlanjut seiring kebuntuan yang terjadi dalam beberapa pertemuan sebelumnya antara pihak Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy. Padahal, waktu untuk menghindari gagal bayar semakin sempit.

Baik pihak Biden maupun McCarthy harus segera mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang US$31,4 triliun demi menghindari “bangkrut” segera setelah 1 Juni mendatang.

Namun, sejauh ini para negosiator berada jauh dalam masalah-masalah kunci, terutama soal pemangkasan pengeluaran yang diminta oleh Partai Republik.

Ketidakpastian soal plafon utang sebenarnya menguntungkan emas tetapi sentimen negatif dari emas membuat sang logam mulai kurang bersinar.

“Saat ini, tren harga emas lebih kepada menahan harga. Harga emas sepertinya sulit turun tajam karena ada persoalan utang tetapi ada The Fed. Emas menunggu katalis baru agar kembali ke US$ 2.000,” tutur analis dari Kinesis Money, Rupert Rowling, dikutip dari Reuters.