Sedih! Harga Emas Merosot 3% Lebih Dalam 4 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga Emas dunia ambrol lebih dari 1,5% awal pekan kemarin, melanjutkan tren negatif yang sudah berlangsung sejak Rabu pekan lalu. Namun, isu resesi dan kembali tegangnya situasi di Ukraina menopang pergerakan emas pada pagi hari ini. 

Pada perdagangan Selasa (11/10/2022) pukul 06:27 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.668,92 per troy ons. Harga emas menguat tipis 0,06%.

Senin (10/10/2022) kemarin, harga emas ambles 1,57% ke posisi US$ 1.667,96 per troy ons.

Dalam sepekan, harga emas sudah menyusut 3,3% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas ambles 3,2% sementara dalam setahun melorot 4,8%.

Penguatan emas pada pagi hari ini juga memperpanjang tren emas di mana biasanya bergerak berlawanan pada pagi dan menjelang penutupan. Emas terkadang menguat pada pagi hari untuk kemudian hancur menjelang penutupan. Sebaliknya, emas kadang melemah pada pagi hari dan kemudian menguat saat penutupan.

Pada pagi hari ini, emas terbantu oleh isu resesi dan ketegangan politik di Ukraina.  Sejumlah lembaga terus mengingatkan ancaman resesi di AS. Terakhir, adalah CEO JPMorgan Jamie Dimon. Dia memperkirakan AS akan jatuh ke jurang resesi dalam 6-9 bulan ke depan atau pada 2023. AS tidak hanya mengalami perlambatan ekonomi ringan tetapi mengarah ke kondisi yang serius.

Dimon menjelaskan lonjakan inflasi, dampak perang Rusia-Ukraina, serta tren kenaikan suku bunga akan memicu inflasi dalam skala yang luas.

“(Faktor-faktor) Ini sangat..sangat… sangat serius karena bisa menekan ekonomi dunia dan AS. Eropa akan resesi dan itu akan menekan AS ke dalam resesi dalam 6-9 bulan ke depan dari sekarang,” tutur Dimon, kepada CNBC International.

Sementara itu, Rusia menembakkan rudal jelajah ke beberapa kota di Ukraina selama jam sibuk pada Senin (10/10/2022) pagi. Serangan terbaru ini menewaskan warga sipil dan memutus jaringan listrik dan pemanas.

Serangan tersebut terjadi sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Ukraina sebagai dalam ledakan di jembatan utama Krimea. Putin menyebutnya sebagai tindakan terorisme.

Logam mulia, termasuk emas, merupakan aset aman yang dicari saat terjadi resesi dan ketegangan politik. Ketika permintaan meningkat harga pun kemudian terangkat.

Kendati demikian, analis independen Ross Norman mengingatkan emas bisa melemah ke depan karena kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed. Ekspektasi kenaikan suku bunga membuat harga emas dunia kemarin ambrol 3,4% dalam 4 hari. 

Pelaku pasar kini menunggu data inflasi AS untuk September pada Kamis mendatang. 

 Jika data inflasi membaik maka The Fed diperkirakan akan melanjutkan kebijakan ketatnya sehingga emas akan melemah.

“Emas akan kembali dalam tekanan berat dalam jangka pendek,” tutur Norman, dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA