- 3 November 2022
- Posted by: admin-abikb
- Category: News Feed
Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali membuat emas dunia terpuruk. Sejak The Fed menaikkan suku bunga acuan Maret lalu, harga emas dunia sudah turun sebesar US$ 295,54 per troy ons atau amblas 15,3%.
Jika menghitung kurs rupiah Rp 15.645/US$1 maka emas sudah anjlok Rp 4,62 juta per troy ons. Anjloknya emas sebesar Rp 4,62 juta ton ini dengan menghitung harga emas sebelum kenaikan suku bunga acuan Maret lalu hingga pagi hari ini.
Harga emas masih bergerak di posisi US$ 1.927,93 per troy ons pada 16 Maret 2022 atau sehari sebelum pengumuman kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Kenaikan suku bunga pada Maret adalah yang pertama kali sejak 2018.
Sementara itu, pada perdagangan Kamis (3/11/2022) pukul 06:25 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.632,39 per troy ons. Harga emas melemah 0,15%.
Artinya ada penurunan sebesar US$ 295,54 antara harga emas sebelum kenaikan suku bunga acuan The Fed hingga hari ini.
Pelemahan emas hari ini juga memperpanjang tren negatif emas. Pada perdagangan Rabu (2/11/2022), harga emas juga anjlok 0,77% ke posisi US$ 1.634,89 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas masih ambles 1,8% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas juga anjlok 3,9% sementara dalam setahun anjlok 7,7%.
Seperti diketahui, harga emas terbang setelah perang Rusia-Ukraina. Harga sang logam mulia bahkan menyentuh US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022 yang merupakan rekor tertingginya sejak Agustus 2020. Namun, keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada pertengahan Maret mengubah segalanya.
Setelah kenaikan 25 bps, The Fed semakin agresif menaikkan suku bunga untuk meredam lonjakan inflasi.
Secara keseluruhan, The Fed sudah mengerek suku bunga sebesar 375 bps sepanjang tahun ini, menjadi 3,75-4,0%. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak 2008 atau 14 tahun terakhir.
Tai Wong, analis dari Heraeus Precious Metals, mengatakan pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell yang akan mempertimbangkan data lain menjadi angin segar bagi emas ke depan.
“Sangat prematur untuk membahas soal penurunan suku bunga. Namun, Powell memberi sinyal adanya penurunan kenaikan suku bunga menjadi 50 bps,” ujar Tai Wong, dikutip dari Reuters.
Analis Exinity Han Tan mengatakan jika sinyal pelonggaran mulai jelas terlihat maka emas bisa menguat dan kembali bergerak ke posisi US$ 1.700 per troy ons.
Seperti diketahui, Powell dalam pernyataanya saat mengumumkan kenaikan suku bunga mengatakan jika The fed akan memperhitungkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan yang mempengaruhi kebijakan moneter terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi, dan perkembangan ekonomi dan keuangan.
Pernyataan itu bisa menandakan kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada Desember. Namun, Powell menegaskan mungkin diperlukan tekad dan kesabaran untuk mampu menurunkan inflasi.
“Kami masih memiliki beberapa cara untuk melaju dan data yang masuk sejak pertemuan terakhir kami menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tertinggi akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya,” tutur Powell, dikutip dari CNBC International.