Pergerakan Harga Emas Hari Ini ke US$1.900, Angin Segar Inflasi AS

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas acuan global berpotensi terus melanjutkan penguatan pada hari ini tersengat sentimen data inflasi AS.

Tim analis Monex Investindo Futures memaparkan sentimen melemahnya dolar AS usai perilisan data indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) AS yang hasilnya lebih rendah dari estimasi meningkatkan keyakinan pasar untuk kenaikan suku bunga yang lebih rendah dari Federal Reserve AS di masa depan. Kondisi ini berpeluang menopang harga emas.

“Pada perdagangan hari ini harga emas berpeluang dibeli untuk menguji level resistance US$1.904 per troy ounce selama harga bertahan di atas level support US$1.894 per troy ounce,” tulis Monex dalam riset, Kamis (13/1/2023).

Kendati demikian, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpeluang memicu aksi jual terhadap harga emas menguji level support selanjutnya US$1.890 per troy ounce.

Mengutip Bloomberg, tingkat inflasi AS yang paling lambat dalam 14 bulan menopang harga komoditas, yang telah menguat minggu ini didukung oleh meningkatnya kepercayaan pada pemulihan China. Harga minyak mentah misalnya menuju kenaikan mingguan sekitar 6 persen.

Permintaan konsumen AS yang tangguh, terutama untuk jasa, dikombinasikan dengan pasar tenaga kerja yang ketat merupakan ancaman signifikan terhadap inflasi. Tetapi angka CPI secara keseluruhan menunjukkan hal-hal yang tampaknya berjalan ke arah yang benar, membuka jalan bagi The Fed untuk menurunkan kenaikan seperempat poin pada pertemuan berikutnya.

Beberapa pejabat AS telah mengisyaratkan keterbukaan untuk menaikkan suku bunga 25 basis poin tepat pada pertemuan mereka berikutnya. Di bagian lain, para pejabat The Fed juga menekankan bahwa Bank Sentral masih memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjinakkan inflasi, dan tidak mengantisipasi penurunan suku bunga tahun ini.

Kepala Manajer Portofolio Winthrop Capital Management Adam Coons menilai terlepas dari sinyal penurunan, The Fed mungkin terus mendorong suku bunga agresif, untuk mengarah ke target inflasi yang melampaui 2 persen.