Sudah Ambles 3 Pekan, Harga Emas Diramal Masih Sulit Naik

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas sudah ambruk tiga pekan beruntun. Harga sang logam mulia juga diperkirakan masih labil cenderung melemah pada pekan ini karena masih “panasnya” ekonomi Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (17/2/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.842,18,19 per troy ons. Harga sang logam mulia memang menguat 0,26%.

Namun, secara keseluruhan, emas ambruk 1,21% pada pekan lalu. Pelemahan tersebut jauh lebih dalam dibandingkan pekan sebelumnya yang melandai 0,05%. Pada tiga pekan lalu, emas juga ambruk 3,21%.

Harga emas diperkirakan masih melandai pada pekan ini karena investor tengah khawatir dengan kebijakan moneter bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Pada perdagangan hari ini, Senin (20/2/2023) pukul 06: 02 WIB, harga emas melemah ada di posisi US$ 1.841,34 per troy ons. Harganya melandai 0,05%.

“Untuk banyak investor, harga emas ini memusingkan. Ancaman resesi sudah tidak ada lagi. Di sisi lain, kebijakan moneter ketat diprediksi akan berlanjut dan ini membebani emas,” tutur analis Blue Line Futures, Phillip Streible, dikutip dari Reuters.

Kekhawatiran pelaku pasar meningkat setelah data-data menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang. Kondisi tersebut mencerminkan inflasi AS masih sulit dijinakkan.

Inflasi Januari 2023 menembus 6,4% (year on year/yoy), jauh di atas ekspektasi pasar yang berada 6-6,2%.

Penjualan ritel AS juga meloncat 3% (yoy) pada Januari 2023, jauh di atas ekspektasi pasar (1,85%). Sementara itu, indeks harga produsen pada Januari juga tumbuh 0,7% (month to month/mtm) , jauh di atas ekspektasi pasar yakni 0,4%.

“Inflasi sepertinya lebih sulit untuk dijinakkan dibandingkan proyeksi banyak pihak. Kita lihat data-data ekonomi juga menunjukkan ekonomi AS masih sangat kuat,” tutur analis TD Securities Bart Melek.

Melek memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Maret mendatang.

“The Fed bahkan kemungkinan tidak akan berhenti sampai di sana. Artinya, suku bunga tinggi masih akan berlangsung lama,” imbuhnya

Dilansir dari Kitco News, survei dari 17 analis menunjukkan jika 13 dari mereka memproyeksi emas masih akan melemah pada pekan ini. Hanya satu analis yang memperkirakan emas akan menguat. Sebanyak tiga analis menilai emas akan bergerak sideways.

Analis memperkirakan titik support baru emas ada di level US$ 1.800 per troy ons. Kebijakan moneter yang ketat akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS.

Kondisi ini tentu bukan yang hal yang bagus bagi pergerakan emas. Dolar AS yang menguat akan membuat emas semakin tidak terjangkau karena mahal.

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan surat utang pemerintah AS.