Harga Emas Masih Labil Kayak ABG, Ada Harapan Naik Gak Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas masih bergerak labil karena investor menunggu data-data penting yang akan keluar pekan ini.

Pada perdagangan awal pekan, Senin (8//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.021,39 per troy ons. Harganya naik tipis 0,24%.

Penguatan itu menghapus catatan buruk emas yang harganya jatuh 1,7% pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Namun, emas kembali melemah pada pagi hari ini. Pada perdagangan Selasa (9/5/2023) pukul 06:55 WIB), harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 2.021, 25 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,007%.

Labilnya harga emas bisa dipahami mengingat investor dan trader menunggu serangkaian data penting pekan ini.

Pelaku pasar juga masih mencerna data non-farm payrolss pekan lalu. Pasalnya, data tenaga kerja non-farm payrolls ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar.

Jumlah tambahan tenaga kerja pada non-farm payrolls mencapai 253.000 pada April 2023 sementara ekspektasi pasar hanya 180.000.

Dengan data tenaga kerja yang masih kuat maka inflasi dikhawatirkan belum melandai sesuai keinginan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Akibatya, harapan pasar untuk melihat pivot kebijakan bisa semakin jauh.

Banyaknya data yang akan keluar bisa membuat investor memilih wait and see.

Beberapa data penting yang akan keluar pekan ini adalah inflasi AS untuk April pada Rabu pukul 19:30 WIB waktu Indonesia (10/5/2023).

AS juga akan mengumumkan dua data penting pada Kamis malam pukul 19:30 pekan depan yakni indeks harga produsen (PPI) AS untuk April serta klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei.

Pada akhir pekan depan, Jumat (12/5/2023), AS akan mengumumkan data indeks kepercayaan konsumen Michigan Consumer Sentiment.

Data-data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed untuk memutuskan kebijakan pada Juni mendatang.

“Pelaku pasar menjual emas setelah data (non-farm payrolls) Jumat lalu. Namun, kemungkinan terjadiya resesi membuat emas masih dicari,” tutur Daniel Ghali, analis dari TD Securities, dikutip dari Reuters.

Pelaku pasar kini bertaruh 85% jika The Fed akan menahan suku bunga pada Juni mendatang sementara 31% bertaruh jika The Fed mulai memangkas suku bunga pada Juli.

“JIka krisis perbankan kembali membuat pasar khawatir maka emas akan kembali dicari dan harganya naik,” tutur Han Tan, analis dari Exinity.

Krisis perbankan AS memakan korban baru yakni First Republic Bank. Bankk tersebut disita dan dijual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS.

Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank.