Dua “Titan” AS Akan Bertemu, Akankah Emas Jadi Pemenangnya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas diperkirakan masih akan ditentukan oleh “perseteruan” terkait utang pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pada pekan lalu, harga emas melemah 0,27%. Ini adalah kali pertama emas melemah  dalam tiga pekan terakhir.  Emas menutup perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (12/5/2023) di posisi US$ 2.011, 15 per troy atau terendah sejak 1 Mei 2023.

Harga emas belum juga membaik pada awal pekan ini. Di pasar spot pada perdagangan Senin (15//5/2023) pukul 06:35 WIB terpantau di posisi US$ 2.011,01 per troy ons. Harganya melemah 0,007%. Artinya, sang logam mulia sudah melandai dalam empat hari terakhir.

Pergerakan harga emas akan sangat ditentukan oleh penyelesaian kisruh plafon utang pemerintah AS. Pembahasan utang ini akan melibatkan dua institusi penting di AS yakni legislatif dan eksekutif AS.

Pihak eksekutif adalah Presiden Joe Biden sementara pihak legislatif adalah kongres, termasuk Dewan Perwakilan rakyat (DPR).

Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy serta pimpinan tinggi kongres lainnya untuk membahas penyelesaian utang pada Selasa besok (16/5/2023).

Seperti diketahui, pemerintahan Presiden AS Joe Biden tengah dipusingkan dengan jalan buntu penyelesaian utang selama berbulan-bulan.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen kembali mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal senilai US$ 31,4 triliun guna mencegah default atau gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut akan memicu ‘malapetaka’ ekonomi global.

Analis RBC Capital Markets, Christopher Louney, menjelaskan emas bisa menjadi “pemenang” jika persoalan utang tak juga kunjung selesai atau malah memburuk.

Emas adalah aset aman yang dicari ketika terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik.

“Dalam jangka pendek, kisruh utang jelas akan berdampak positif ke emas. Bahkan jika kesepakatan dicapai masih ada potensi dari ketidaksepakatan mengenai beberapa hal, termasuk risiko keuangan dan kapan deadline,” tutur Louney, dikutip dari The Financial Post.

Analis dari ANZ Banking Group Ltd. Soni Kumari dan Daniel Hynes, juga memberikan pendapat yang sama.  Menurut mereka kisruh utang dan krisis perbankan di AS akan membuat emas semakin menarik.

Namun, emas masih memiliki musuh utama yakni penguatan dolar AS.  Jika data-data ekonomi mendukung kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk tetap hawkish maka emas akan loyo.

Pasalnya, penguatan dolar AS membuat emas semakin mahal untuk dibeli sehingga kurang menarik.

Penguatan dolar merupakan alasan mengapa emas terpuruk pekan lalu. Indeks dolar menguat ke posisi 102,69, terkuat sejak 24 Maret 2023 atau hampir dua bulan.