Bahaya! Era Kejayaan Sulit Terulang, Masa Depan Emas Suram

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas semakin jeblok. Pada perdagangan Kamis (18//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.958,06 per troy ons. Harganya jeblok 1,19%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 21 Maret 2023 atau hampir dua bulan terakhir.

Pelemahan kemarin juga memperpanjang derita sang logam mulia. Emas sudah terpuruk selama tiga hari perdagangan terakhir dengan pelemahan mencapai 3,1%.

Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini.

Pada perdagangan Jumat (19/5/2023) pukul 05:48 WIB, harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 1.958,37 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,02%.

Harga emas anjlok karena pelaku pasar melihat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) masih akan hawkish ke depan.

Krisis plafon utang pemerintah AS juga kemungkinan bisa diselesaikan. Situasi ini membuat ketidakpastian ekonomi di AS mereda sehingga aset aman seperti emas kurang menarik.

Harapan melunaknya The Fed semakin memudar setelah klaim pengangguran AS turun.

Pada pekan yang berakhir pada 13 Mei terdapat 242.000 pengajuan klaim pengangguran. Jumlah tersebut turun dibandingkan pekan sebelumnya yakni 264.000 serta tak sejalan ekspektasi pasar yakni 254.000.

Dengan klaim pengangguran yang menurun maka pasar tenaga kerja AS diperkirakan masih panas dan inflasi akan sulit turun dengan cepat.

Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy pada Rabu (17/5/2023) menggarisbawahi tekad mereka untuk segera mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar $31,4 triliun dan menghindari gagal bayar utang (default) bencana ekonomi.

Sebelumnya, Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan dirinnya merasa “nyaman” jika The Fed harus menaikkan suku bunga lagi pada Juni mendatang untuk menekan inflasi.
Pernyataan ini memperpanjang pernyataan Chief Cleveland Loretta Mester mengatakan The Fed belum pada titik di mana mereka merasa perlu untuk menahan suku bunga.

Senada, Presiden Fed Dallas Lorie Logan juga mengatakan inflasi saat ini tidak turun cukup tajam untuk mendukung pivot kebijakan.

Gubernur Fed Philip Jefferson mengatakan terlalu dini untuk melakukan pivot kebijakan hanya berdasarkan data saat ini.

Faktor-faktor di atas jelas menekan harga emas.
“Situasi saat tidak positif lagi dalam mendukung pergerakan emas seperti halnya bulan-bulan sebelumnya,” tutur analis High Ridge Futures, David Meger, dikutip dari Reuters.

Sebagai catatan, emas sempat terbang tinggi bahkan menyentuh rekor pada 4 Mei 2023.

Pelaku pasar kini bertaruh 20% jika The Fed akan menaikkan suku bunga pada Juni mendatang. Kondisi ini berbanding terbalik dengan bulan lalu di mana pasar bertaruh 20% The Fed akan memangkas suku bunga.

Berubahnya arah pelaku pasar membuat yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak menjadi 3,64% atau tertinggi sejak 10 Maret lalu.

Kondisi ini tak menguntungkan emas karena emas tidak menawarkan yield sehingga investasi di surat utang akan lebih menarik.

“Emas sepertinya akan menurun dibandingkan naik ke depan” tutur analis independen Ross Norman.