Pergerakan Harga Emas Hari Ini saat Investor Harap-harap Cemas pada The Fed

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas hari ini berpotensi menguat untuk jangka pendek seiring pelaku pasar yang tengah bersiap menanti hasil pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Rerserve pada 15 Juni 2023.

Tim analis Monex Investindo Futures mencatat emas bergerak melemah pada akhir perdagangan Senin (12/6/2023) dan parkir di level US$1.957,17, di tengah bertahannya minat pasar pada dolar AS dan nilai imbal hasil surat berharga pemerintah AS menjelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan dengan peluang 76 persen pada pertemuan bulan Juni, dan peluang 71 persen akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada Juli mendatang berdasarkan indikator pengukur CME Fedwatch.

“Hal ini nampak telah di antisipasi pasar dengan kenaikan suku bunga acuan di bulan ini, sehingga dapat menekan emas turun ke bawah level US$1.900 per troy ounce,” kata analis Monex, Selasa (13/6/2023).

Pelaku pasar masih terfokus pada beberapa data penting di pasar seperti Consumer Price Index (CPI) AS yang akan dirilis di hari Selasa malam dan data Producer Price Index (PPI) AS pada Rabu malam, sebagai petunjuk terhadap kebijakan The Fed selanjutnya. Adapun sikap hati-hati pasar masih cenderung membatasi turunnya harga emas.

Mengutip Bloomberg, Selasa (13/6/2023), imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun, yang lebih sensitif terhadap pergerakan bank sentral, turun tipis pada Senin. Sementara itu, Indeks Bloomberg Dollar Spot sedikit berubah pada Selasa pagi karena mata uang utama diperdagangkan dalam kisaran sempit.

Semua perhatian akan tertuju pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5 persen-5,25 persen pada Rabu. Ini mengasumsikan data indeks harga konsumen Selasa malam menunjukkan tekanan inflasi yang lemah.

Sementara itu para investor di pasar Australia akan melihat data kepercayaan konsumen di tengah kekhawatiran bahwa pengetatan moneter yang agresif dapat memicu resesi.