Kepada Pemilik Emas, Semoga Jantung Anda Sehat Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Emas menguat pada pekan lalu meskipun tidak meyakinkan. Pergerakan logam mulia pekan ini diperkirakan akan sangat labil karena ada data inflasi Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (7/7/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.924,28 per troy ons. Harganya terbang 0,71%.
Penguatan tersebut mengakhiri dua tren negatif sekaligus yakni pelemahan dalam dua hari perdagangan sebelumnya serta pelemahan dalam sepekan.
Secara keseluruhan, emas menguat 0,25% sepekan. Artinya, emas mengakhiri tren buruk dalam tiga pekan sebelumnya yang selalu melemah.

Harga emas masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan Senin (10/7/2023) pukul 05:50 WIB, harga emas di pasar spot ada di posisi US$ 1.924,11. Harganya naik 0,14%.
Pergerakan emas diperkirakan akan tertekan pada pekan ini karena ada pengumuman inflasi AS pada Rabu (12/7//2023).

Inflasi AS mencapai 4,0% (year on year/yoy) pada Mei 2023 dan diharapkan bisa melandai ke 3,2% pada Juni. Jika inflasi lebih kencang dibandingkan ekspektasi maka emas bisa terkapar lagi.

“Emas akan menghadapi tekanan dan akan menguji level US$ 1.950-1.960,” tutur analis dari New York, Tai Wong, dikutip dari Reuters.

Tai Wong menjelaskan emas sedikit membaik pada pekan lalu karena ditopang data pengangguran AS.
Tingkat pengangguran AS melandai ke 3,6% pada Juni 2023, dari 3,7% pada Mei 2023.

Jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pda 1 Juli tercatat 248.000, lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat 236.000.

“Masih kuatnya ekonomi AS membebani emas. Spekulan janga pendek kehilangan kepercayaaan pada kebijakan moneter AS sehingga mereka menjual emas,” tutur analis Carsten Menke, Julius Baer, dikutip Reuters.

Tim Waterer, chief market analyst dari KCM Trade, bahkan memberikan peringatan tak kalah keras. Menurutnya, emas sulit bertahan pada level US$ 1.900 jika inflasi AS masih kencang.

Seperti diketahui, inflasi AS menjadi pertimbangan utama bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan moneternya.
Jika inflasi AS masih membandel maka The Fed kemungkinan masih akan hawkish. Terlebih, The Fes sudh mengisyaratkan akan kembali menaikkan suku bunga acuan lagi setelah menahannya pada pada bulan lalu di 5,0-5,25%.

Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan ini membuat imbal hasil utang pemerintah AS tenor 10 tahun terbang ke 4,08%. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak awal Maret tahun ini atau dalam tiga bulan lebih.
Kenaikan imbal hasil ini membuat emas tidak menarik karena emas tidak menawarkan imbal hasil seperti surat utang.

“Dengan imbal hasil ada di level setinggi ini emas akan sulit bergerak naik ke atas dalam jangka pendek,” tutur Waterer, kepada Reuters.