Dibantu Perang, Harga Emas Tetap Kencang Meski Ditekan AS

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga emas tetap menguat di tengah gempuran tingginya imbal hasil US Treasury dan kenaikan dolar Amerika Serikat (AS). Konflik di Timur Tengah membuat emas tetap berlari meski ada banyak tekanan dari ekspektasi kenaikan suku bunga.

Harga emas di pasar spot pada perdagangan Selasa (17/10/2023), ditutup di posisi US$ 1.923,07 per troy ons. Harganya menguat 0,19% Penguatan ini berbanding terbalik dengan pergerakan harga emas yang melemah 0,64% pada Senin pekan ini.

Harga emas masih menguat tipis pada hari ini. Pada perdagangan Rabu (18/10/2023) pukul 06: 32 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.923,79 per troy ons. Harganya menanjak 0,04%.

Analis dari FXTM, Lukman Otunuga, menjelaskan pergerakan emas masih ditopang oleh ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah. Ketegangan geopolitik bahkan mampu meredam sentimen negatif terkait suku bunga.

Dalam perkembangan terbaru dari perang Israel vs Hamas, ratusan orang dilaporkan tewas dalam ledakan besar di sebuah rumah sakit yang ramai di Kota Gaza. Insiden itu merupakan kematian terbesar di wilayah yang diblokade tersebut dalam lima perang antara Hamas dan Israel sejak militan mengambil alih wilayah tersebut pada 2007.

Kementerian Kesehatan Gaza, yang dijalankan oleh Hamas, mengatakan setidaknya 500 orang tewas pada Selasa (17/10/2023) malam dalam serangan udara Israel terhadap al-Ahlial-Arabi, yang juga dikenal sebagai rumah sakit Baptis. Juru bicara pertahanan sipil Gaza menyebutkan jumlah korban tewas sekitar 300 orang.

Pertumpahan darah di rumah sakit tersebut terjadi 11 hari setelah perang baru antara Israel dan kelompok militan Palestina yang terus meningkat menjelang kunjungan Joe Biden ke wilayah tersebut, sehingga mempersulit upaya AS untuk menghentikan konflik yang meluas di Timur Tengah.

“Pergerakan harga emas akan sangat dipengaruhi oleh risiko geopolitik serta ekspektasi suku bunga,” tutur Lukman Otunuga, dikutip dari Reuters.

Pelaku pasar menunggu pidato Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jeromw Powell. Powell akan berbicara pada acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, New York pada Kamis (19/10/2023). Pidato Powell akan ditunggu-tunggu mengingat pelaku pasar ingin mencari tahu arah kebijakan The Fed ke depan setelah inflasi AS masih melaju kencang.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 11,5% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini naik dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 6,8%.

Ekspektasi membuat indeks dolar AS menguat ke 106,25 kemarin dari hari sebelumnya yang tercatat 196,24. Ekspektasi juga melambungkan imbal hasil US Treasury melonjak menjadi 4,85% dari posisi sebelumnya di 4,71%.

“Jika Powell menyampaikan pernyataan hawkish maka ini akan menaikkan ekspektasi kenaikan suku bunga sehingga harga emas akan tertekan,” tutur Otunuga.

Dia menambahkan jika emas ke bawah level US$ 1.920 maka sang logam mulai bisa terus terseret ke bawah.